Minggu, 25 Oktober 2020

Lelaki Misik

Oleh: Ade Zaenudin

Dikisahkan ada seorang pemuda tampan berprofesi sebagai pedagang keliling.Ketampanannya begitu menarik perhatian para wanita, sampai satu saat ada seorang wanita menjebaknya.

Wahai pemuda, datanglah kemari, masuklah ke rumahku, aku ingin membeli barang daganganmu. Kata sang wanita.

Ketika pemuda tersebut masuk rumah, seketika itu pula pintunya dikunci.

Wanita itu kemudian mengerahkan rayuan mautnya, dengan harapan sang pemuda jatuh dipelukannya.

Pemuda itu bingung, bagaimana agar terhindar dari jebakan tersebut?

Sang Pemuda berkata, baiklah kalau memang itu keinginanmu, berikan kesempatan aku untuk mandi terlebih dahulu biar wangi.

Ketika di kamar mandi, dia melumuri badannya dengan kotorannya sendiri. Keluarlah pemuda tersebut dari kamar mandi, dan berkata, wahai wanita, ayo saya sudah siap. Melihat badan berlumur kotoran, wanita tersebut merasa jijik, muntah lalu kemudian mengusirnya.

Singkat cerita pemuda tersebut membersihkan badannya kembali, dan ajaibnya setelah itu badannya malah wangi sewangi minyak misik. Subhanalloh.

Kamis, 08 Oktober 2020

Manisnya Jebakan Manis


Oleh: Ade Zaenudin

 

Segelas susu habis beberapa menit saja pagi ini, menyertai belajar secara virtual bersama sahabat seperjuangan.

Astagfirullah…

Ternyata dalam waktu sekejap, tetesan susu sisa di gelas sudah berubah menjadi bencana, merenggut nyawa.

Manis yang tersisa di lidah, lenyap seketika. Keringat dingin tersisa merubah rasa.

Sekelompok kawanan semut terjebak di dalam gelas.

Saya membayangkan maksud mereka, saya yakin niatnya adalah untuk memperpanjang nyawa, mencari makan, namun justru malah sebaliknya, hilang nyawa.

Sejenak saya berfikir, siapapun akan berjuang demi memenuhi kebutuhan. Segenap pengetahuan dan pengalaman sejatinya menjadi modal untuk melangkah, sebelum terjebak dalam ganasnya kehidupan.

Bayangan saya tertuju mencari semut mana yang pertama kali terjebak, entahlah? Lalu saya bertanya kenapa yang belakangan terjebak juga padahal kawannya sudah duluan terjebak. Inilah pentingnya berliterasi, belajar pada keadaan dan peka terhadap situasi, walau itu bukan jaminan keselamatan.

Saya mencoba berhusnudzan, yang terjebak pertama kali memang karena ketidaktahuan, dan yang selanjutnya mau mencoba menyelamatkan, saya tahu bagaimana karakter semut, gotong royongnya patut jadi teladan. Namun demikian, niat baik tidak selamanya berakibat baik. Kalau sudah demikian, maka mari kita bertawakkal, takdir Allah tak akan bisa dilawan.

 Jika hidup ini dihadapkan pada pilihan manis dan pahit, maka saya semakin yakin bahwa tidak selamanya yang manis itu mendatangkan kenikmatan.

Lalu siapa yang bertanggung jawab atas kejadian ini semua, apakah rasa manis yang mengundang bencana, menipu kawanan semut? Belum tentu. Andai rasa manis itu tidak bercampur air, semut itu bisa saja selamat, sayang gula yang menjad incaran semut sudah larut dalam air.

Kalau begitu airlah yang bertanggung jawab! Rasanya bukan juga, air pasti membela diri, siapa suruh saya dilarutkan dengan gula dan disimpan dalam gelas. Gelaspun dengan “mata tajam” seolah membentak saya, kenapa kau sisakan tetesan air padaku, andai saja kau jilat tetesan susu tak tersisa, atau segera kau cuci aku, pasti tidak aka nada korban nyawa.

Ya Allah…

Anda ini semua dosaku, aku hanya bisa meminta maaf lewat tulisan ini.

Astagfirullohaladhim wa atubu ilaih.

Bimtek Kurikulum secara Virtual pun akhirnya tuntas, tersisa memori kelam, gugurnya kawanan semut yang tak berdosa. Astagfirullohaladhim.

Ruang guru, 8 Oktober 2020

Minggu, 31 Mei 2020

SALAT BAPER


Sumber Gambar: turospustaka.com
Oleh: Ade Zaenudin

Dalam kitab Sirojut Tholibin, dikisahkan seorang murid memimpikan gurunya, sesaat setelah gurunya tersebut wafat. Sang guru adalah seorang ulama sufi bernama syekh Hasan Bashri.

Bagaimana kabarnya guru? Sang murid bertanya di mimpi itu

Hampir saja aku ditolak oleh Allah swt, penyebabnya adalah ketika saya salat di hadapan orang banyak, maka bacaan salat saya bagus-baguskan, saya lama-lamakan, saya enak-enakkan.

Lalu, Allah Swt menyampaikan kepadaku, [seandainya dari awal kamu salah, maka aku tidak sudi melihat kamu, akan tetapi karena niat di awal salat kamu bagus maka Aku maafkan]. Ketika di awal salat aku selalu berniat lillahi ta’ala, hanya karena Allah Swt.

Beruntung Syekh Hasan Basri, akhirnya Allah selamatkan karena niat yang baik.

Pernah kita merasakan ketika salat di masjid sendirian, lalu ada yang makmum masbuk dan tiba-tiba kita lebih mengkhusyukan salat, membaguskan bacaan, atau jadi memperlama durasi setiap rukun salat?

Pointnya adalah ada perbedaan antara ketika dilihat orang dan tidak dilihat orang.

Dalam posisi itu, kita tidak sadar bahwa sesungguhnya ada atau tidak ada orang lain, kita sedang dilihat sama Allah Swt. Namun kenapa kita lebih malu sama manusia.

Ya, di sini kita bisa menyimpulkan bahwa orang yang salat saja belum tentu akan selamat, apalagi yang tidak pernah mau melakukan salat. Kita bisa perdalam lagi hal ini melalui surah al-Ma’un.

Point yang kedua adalah bahwa niat itu punya peran strategis. Maka yang ideal adalah bagaimana memadukan antara niat dan pelaksanaan, keduanya harus baik dan semata hanya karena menjalankan perintah Allah.

Mungkin sebagian kita pernah digelayuti pertanyaan ngeyel, kenapa salat harus menghadap ka’bah? kenapa tidak menghadap monas saja? padahal sama-sama bangunan yang terbuat dari batu.

Kita salat menghadap ka’bah bukan karena menyembah batu, bukan pula kita punya anggapan bahwa Allah Swt berada di dalam ka’bah. Bukan. Alasannya cuma satu, karena Allah Swt menyuruh kita salat menghadap ke arah masjidil haram (ka’bah) yang tertuang dalam surah al-Baqarah ayat 144.

Anda saja Allah Swt menyuruh kita salat menghadap monas, maka pasti akan kita lakukan. Bahkan sebaliknya, jika tidak pernah ada perintah salat, buat apa kita lakukan?

Kita bisa bayangkan, kalau lah tidak ada perintah menghadap kiblat, maka bisa jadi kita salat ke arah mana saja, semaunya, bisa berantakan, beradu kepala sesama jamaah saat ruku’ atau sujud. Hehe… kan aneh.

Di doa iftitah yang kita baca setiap awal salat, kita senantiasa menegaskan, Innii wajjahtu wajhiya lilladzi fatoros samawati wal ardi (Sesungguhnya aku hadapkan wajahku ke hadapan Allah yang menciptakan langit dan bumi). Kita pun secara tegas menyatakan Inna salati, wanusukii, wa mahyaaya wa mamaati, lillahi robbil alamin. (Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan Semesta Alam.

Jadi, kalau salat gak usah baper, hehe…

Wassalam
8 Syawal 1441 H. 

Kamis, 30 April 2020

Muhammad Ali dan Sang Bodyguard

Oleh: Ade Zaenudin 

Siapa yang tidak kenal Muhammad Ali, petinju legendaris kelas dunia asal Amerika Serikat.

Dalam sebuah wawancara, Muhammad Ali mendapatkan pertanyaan, Apakah Anda punya bodyguard? Dengan ekspresi serius (agak gimanaa gituh) dan seolah jarinya menghitung satu… dua… tiga… (pura-pura menghitung), lalu tersenyum dan membuka matanya.

Muhammad Ali menjawab.

Saya punya satu bodyguard.
DIA tidak  punya mata, tapi DIA melihat.
DIA tidak punya telinga, tapi DIA mendengar.
DIA ingat semua hal dengan ingatan yang kuat.
Kalau DIA ingin sesuatu, DIA tinggal menciptakannya dan langsung jadi.
Pengikutnya patuh dan DIA tahu apa yang orang bicarakan.
DIA tahu semua rahasia bahkan yang ada di dalam benak.
Siapa DIA?
DIA adalah ALLAH.
DIA adalah bodyguard saya
DIA adalah bodyguard Anda

Jawaban yang luar biasa cerdas dan “bergizi tinggi”.

Seperti kita ketahui, salah satu asma’ul husna adalah Al-Mu'min, Allah Maha Memberi Rasa Aman. Allah adalah bodyguard kita semua.

Kalau presiden, artis, pejabat, atau orang kaya punya bodyguard, maka bodyguard mereka adalah bodyguard biasa saja. Mereka masih sebatas manusia, bekerja atas dasar pamrih, atas dasar gaji dan bekerja sesuai perintah sang majikan.

Allah bukan bodyguard biasa, tidak bekerja atas dasar perintah, bukan pula karena pamrih ataupun gaji.

Persoalannya adalah berapa banyak manusia yang memiliki keyakinan (keimanan) yang tinggi bahwa Allah benar-benar melindungi kita, seperti keyakinan Muhammad Ali yang begitu mantap. Tidak sedikit manusia yang lebih percaya pada manusia lagi, bukan pada Sang Pembuat manusia. Keyakian yang semu.

Manusia sering kali lebih mengedepankan logika dan apa yang terlihat mata, dibanding keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Pernahkah terpikir oleh kita?

Betapa Allah melindungi sel-sel otak kita yang sangat rentan dengan batok tengkorak yang begitu keras.

Allah lindungi jantung kita dengan deretan tulang rusuk yang begitu sempurna.

Allah tumbuhkan bulu mata untuk menjaga dari debu yang beterbangan.

Allah tumbuhkan bulu hidung untuk menjaga sirkulasi udara yang masuk ke hidung dan paru-paru.

Siapa yang menjaga agar darah tidak keluar dari berbagai lubang, padahal ada banyak lubang dalam diri manusia, berapa juta lubang pori-pori yang biasa mengeluarkan keringat.

Siapa yang menjaga agar kotoran atau air kencing tidak keluar mengucur begitu saja dari tempat pembuangan padahal tak berpintu dan tak dikunci.

Subhanalloh, itu baru yang nampak dan sangat dekat dari diri kita, belum sampai kondisi peredaran alam semesta yang begitu teratur dan tertata.

Ya Allah… Ya Mu’miin…

Wallohu a’lam

Kalideres, 7 Ramadhan 1441 H.

Senin, 23 Maret 2020

BERTAHIYAT SAAT ISRA MIRAJ


Nabi Muhammad SAW dan Malaikat Jibril AS terbius mega cahaya yang terdiri dari berbagai warna saat melewati sidratul muntaha di malam Isra Mi’raj.

Jibril pun terdiam menghentikan langkahnya.

Wahai Jibril, jangan kau biarkan aku berjalan sendirian. Pinta Nabi.

Melangkahlah Jibril mendekati Nabi. Allohu akbar, selangkah saja hampir menyebabkan Jibril terbakar cahaya. Badan Jibril tiba-tiba mengecil. Subhanalloh hal itu tidak terjadi pada Nabi.

Jibril berpesan agar Nabi memberi salam kepada Allah SWT jika sudah sampai di Khithob (tempat komunikasi).

Nabi SAW: Attahiyyatul mubarokaatush Sholawatuth thoyyibaatu lillah. Kesejahteraan, keberkahan, dan sholawat yang baik adalah milik Allah SWT

Allah SWT: Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu warohmatullohi wabarokaatuh. Keselamatan, Rahmat Allah dan berkah-Nya atasmu wahai Nabi.

Merasa mendapat penghormatan luar biasa dari Allah, Nabi tidak mau penghormatan ini hanya untuk dirinya sendiri, Nabi ingin hamba-hamba  Allah yang saleh juga mendapatkan penghormatan ini.

Nabi pun menjawab: Assalamu ‘alaina wa alaa ibadillahish sholihin. Keselamatan semoga untuk kami dan juga untuk hamba-hamba-Mu yang saleh.

Mendengar percakapan itu penduduk langit dan bumi pun bersyahadat: Asyhadu anla ilaaha illalloh wa asyhadu anna muhammadar-rosuululloh. Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.

Subhanalloh, walhamdulillah, walaailaha illaloh, wallohu akbar.

Ade Zen. 27 Rajab 1441 H.
Lihat kitab Kasyifatus Saja Syekh Imam Nawawi pasal Tasydid Tasyahud

Jumat, 14 Februari 2020

KALIMAT; Menyemai Literasi di Era Disrupsi



Oleh: Ade Zaenudin
(Ketua KALIMAT) 

Literasi

Richard Ken dalam “Literacy and Language Teaching” mengatakan bahwa literasi adalah sesuatu yang kompleks dan bersifat dinamis atau sesuatu yang  lebih dari kemampuan membaca dan menulis dengan penggunaan praktik-praktik situasi sosial, dan historis, serta kultural dalam menciptakan dan menginterpretasikan makna melalui teks.

Senada dengan Richard Ken, Alberta mencoba mendefinisikan literasi sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis, menambah pengetahuan dan keterampilan, berpikir kritis dalam memecahkan persoalan, serta kemampuan berkomunikasi secara efektif yang dapat mengembangkan potensi dan berpartisipasi dalam kehidupan. Sementara itu Elizabeth Sulzby (1986), Harvey J. Graff (2006) lebih menitikberatkan literasi pada menulis dan membaca.

World Economic Forum pada tahun 2015 menyepakati enam ruang lingkup literasi, yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan.

Literasi baca tulis merupakan pondasi literasi sekaligus menjadi kunci dalam mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi. Literasi tersebut tidak hanya terkait teks atau kata-kata saja, bahkan juga terkait simbol, angka atau grafik.

Literasi numerasi adalah simbol pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan berbagai macam angka dan simbol terkait matematika dasar dalam rangka memecahkan masalah praktis di berbagai macam segi kehidupan serta kecakapan menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk, baik itu grafik, tabel, bagan, dan lain sebagainya.

Literasi sains merupakan kecakapan ilmiah untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil kesimpulan berdasarkan fakta, memahami karakteristik, sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu terkait sains.

Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan risiko, keterampilan agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial.

Literasi digital diartikan sebagai kemampuan untuk mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi dalam bentuk digital.

Literasi budaya adalah kemampuan memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Adapun literasi kewargaan adalah kemampuan memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara.

Berbagai penelitian menyebutkan bawah tingkat literasi di Indonesia masih sangat rendah, lihat saja misalnya data Kemendikbud tahun 2015 yang menunjukan angka buta huruf di Indonesia mencapai 5.984.075 orang. Ini tersebar di enam provinsi meliputi JawaTimur 1.258.184 orang, Jawa Tengah 943.683 orang, Jawa Barat 604.683 orang, Papua 584.441 orang, Sulawesi Selatan 375.221 orang, dan Nusa Tenggara Barat 315.258 orang. Hal ini tentu menjadi warning yang luar biasa di tengah era disrupsi dan globalisasi yang tidak akan pernah bias terbendung.

Disrupsi

Era disrupsi dipahami sebagai era di mana masyarakat mampu menggeser aktivitasnya dari dunia nyata ke dunia maya.

Saat ini kita bias merasakan betapa pergeseran tersebut masuk pada setiap aktivitas dan dirasakan oleh semua kalangan, apapun profesinya. Kehadiran Ojek Online sampai  munculnya berbagai aplikasi elektronik berbasis digital di setiap lembaga pemerintah dan swasta menjadi penanda betapa masifnya pergeseran tersebut.

Dunia literasi termasuk yang tidak bias mengelak dari era ini.  Serba cepat dan instannya informasi dan teknologi mendorong dunia literasi untuk lebih adaptif baik dalamhalmetodologi maupun substansinya.

Dalam kontek substansi, misalnya dulu orang harus bersusah payah mencari materi referensi untuk membuat karya ilmiah, saat ini hanya dengan satu “klik” saja, tanpa berhitung menit sudah dapat diakses.

Begitu pula dalam kontek metodologi pengembangan budaya berliterasi, dengan maraknya media social misalnya, orang menjadi begitu mudah belajar meningkatkan kemampuan berliterasi. Berbagai macam  kursus ditawarkan, begitu mudah dan murahnya sehingga siapapun mempunyai kesempatan yang terbuka untuk belajar.

KALIMAT

Salah satu contoh orang-orang yang “berjihad” di dunia literasi dan terjerumus di era disrupsi adalah para anggota KALIMAT (Komunitas Penulis untuk Indonesia Bermartabat).

Komunitas ini didirikan pada hari senin tanggal 11 Maret 2019 oleh para alumni kursus menulis online “Alineaku” pada kelas antologi batch 2 di bawah bimbingan Bapak Cahyadi Takariawan dan Ibu Ida Nurlaila.

Anggota KALIMAT ini tersebar di setiap wilayah nusantara yang otomatis mempunyai keragaman budaya, pendidikan, profesi bahkan usia namun disatukan dengan visi yang sama yaitu ikut berpartisipasi membangun negeri melalui dunia literasi.

Dalam rangka menyemai budaya literasi, KALIMAT menggulirkan beberapa program diantaranya penerbitan buku antologi, solo, jurnal serta berupaya “mendigitalisasikan” produk-produk literasi.

Salah satu tantangan dunia literasi saat ini adalah masih sangat minimnya minat dan budaya baca masyarakat, hal ini tentu harus menjadi agenda bersama, setidaknya mengajak generasi kita masing-masing untuk masuk dan mencintai dunia literasi.

Wallohu’alam
Daftar Referensi:

Kern, Richard. 2000. Literacy and Language Teaching. Oxford: Oxford University Press.
https://www.dosenpendidikan.co.id
https://www.kompasiana.com
https://tirto.id