Minggu, 11 November 2018

PAHLAWANNYA PARA PAHLAWAN


Oleh: Ade Zaenudin

Prolog
Kata "pahlawan" di bulan Nopember tahun ini terasa begitu spesial bagi saya, karena setidaknya ada 3 momentum yang secara bersamaan berkumpul dan memiliki relevansi terkait "pahlawan" di bulan ini. Pertama peringatan hari pahlawan itu sendiri yang jatuh di tanggal 10, kemudian 25 Nopember-nya diperingati hari guru, hari dimana para pahlawan pemberantas kebodohan dirayakan, dan yang sangat spesial bagi saya adalah bertepatan dengan hadirnya bulan Rabiul Awal, bulan dimana penghulunya para pahlawan dilahirkan, beliau adalah Nabi Muhammad SAW, yang melahirkan jutaan pahlawan, yang kepahlawanannya menginspirasi setiap orang untuk senantiasa berjiwa pahlawan.


Kekaguman terhadap baginda Rasul tentu bukan tanpa alasan, bukan pula karena keterpaksaan, apalagi hanya sekedar ikut-ikutan. Perangainya seolah menjadi oase di tengah keringnya sungai peradaban, yang mampu mengalirkan buih-buih cinta yang kian membuncah menghantam menjadi ombak kerinduan yang begitu mendalam, menghanyutkan baju-baju kesombongan, kepongahan, dan nafsu kebinatangan.

Kamis, 08 Februari 2018

JEBAKAN TREADMILL

Ade Zaenudin

Kita mengenal treadmill sebagai alat olah raga yang digunakan untuk berjalan atau berlari di tempat yang sama, sebagai alat olah raga, treadmill tentu sangat bermanfaat karena dengan ruang yang terbatas kita dapat melakukan olah raga secara optimal.

Mari kita coba hubungkan treadmill ini dengan kehidupan sehari-hari, diantara kita ada yang sibuk dengan rutinitas hidup yang statis, adapula yang dinamis. Rutinitas statis yang saya maksud adalah rutinitas dengan pola yang relatif sama dengan hari-hari berikutnya, perbedaannya tidak terlalu signifikan, cenderung “begitu-begitu” saja, inilah yang saya maksud dengan jebakan Treadmill. Untuk keluar dari jebakan Treadmill tersebut dibutuhkan kesungguhan untuk berinovasi, mencoba melakukan sesuatu yang baru, merubah hal sederhana menjadi lebih berwarna dan penuh makna, inilah yang saya maksud dengan pola hidup dinamis.

Mari kita belajar dari “tahu bulat”, makanan khas Indonesia yang lagi trend saat ini. Dulu kita mengenal tahu dengan bentuk yang statis, dimanapun bentuknya kotak, muncullah ide untuk membuat tahu dengan bentuk bulat, yang tadinya selalu lembek, saat ini ada yang dikemas dengan bentuk kripik, dan yang lebih menarik, tahu bulat ini sekarang dijual dengan cara yang baru, berkeliling menggunakan kendaraan dengan alunan suara yang khas.

Di dunia pendidikan, kitapun tidak luput dari jebakan treadmill ini, kegiatan guru yang cenderung “begitu-begitu” saja, sebagian dari mereka mungkin ada yang berdalih bahwa tugas guru memang begitu-begitu saja, buat RPP, masuk kelas, ngajar, pulang. Untuk hal ini kita bisa belajar dari guru di sekitar kita, diantara mereka ada yang memanfaatkan jeda waktu mengajarnya untuk menulis buku, membuat aplikasi pembelajaran dan lain sebagainya. Saya rasa muridpun seperti itu, ada diantara mereka yang tidak puas dengan pembelajaran yang begitu-begitu saja, cenderung dengan hal-hal yang baru, bahkan boleh jadi ada diantara mereka yang merasa tidak puas dengan materi yang disajikan dalam Kurikulum, kasihan rasanya kalau ada murid yang punya potensi besar untuk lebih berkembang dari yang dia miliki saat ini hanya karena gurunya terkena jebakan Treadmill.

Semoga kita diberikan kekuatan oleh Allah SWT untuk terus melakukan sesuatu yang lebih baik lagi. Amin.

Kamis Pagi di Pinggiran Bandara Soeta, 8/2/2018
Gambar: http://www.presentermedia.com

MENTALITAS INJURY TIME


Ade Zaenudin

Rutinitas kerja harian dengan pola dan sistem yang sama setiap hari ternyata tidak serta merta diawali dengan rasa yang sama, terkadang diawali dengan perasaan lega, boleh jadi sebaliknya, diliputi dengan ketidakpuasan terhadap diri sendiri, faktornya tentu beragam. Ambil contoh, di sekolah yang memberlakukan sistem presensi (kehadiran) finger print pukul 07.00 dengan batas toleransi 07.30 untuk keadaan darurat, atau bahasa saya Injury Time. 

Bagi mereka yang membiasakan diri datang sebelum masa Injury Time, akan merasakan ketidakpuasan diri ketika finger print pukul 07.01, “perasaan indah” ini tentu tidak akan dimiliki oleh mereka yang terbiasa datang di masa Injury Time. Dari sini kita bisa menilai diri, sikap mental apa yang dimiliki. 

Hal inipun bisa kita lihat pada siswa, ada yang terbiasa datang di masa Injury Time, senang mengerjakan tugas di masa Injury Time, dan lain sebagainya. Inilah yang saya maksud dengan mentalitas Injury Time. Mentalitas ini akan menjadi masalah besar jika nanti menjadi sebuah karakter. 
Semoga saja kita terhindar dari mentalitas Injury Time. Amin
Catatan Rabu Pagi. (7/2/2018) (06.50)