Minggu, 07 Desember 2008

Guru Madrasah Ajukan Uji Materi UU

Ketua DPD Ginandjar Akan Bantu Carikan Pengacara
CIREBON, (PR).-
Guru madrasah se-Jawa Barat akan melakukan judicial review (uji materiil) sejumlah undang-undang (UU) yang mendiskriminasi keberadaan guru agama dan madrasah. Rencananya, judicial review akan diajukan ke Mahkamah Konstitusi (MK) pada akhir Desember 2008 mendatang.

Rencana para guru madrasah tersebut didukung Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Ginandjar Kartasasmita yang juga Ketua Dewan Penasihat Persatuan Guru Madrasah (PGM). Dukungan tersebut disampaikan Ginandjar pada acara silaturahmi dengan guru-guru madrasah se-Kota Cirebon, Sabtu (29/11). Ginandjar berjanji akan mencarikan tim pengacara andal untuk mendampingi PGM Jabar mengajukan uji materiil ke MK.

"Sudah saatnya guru agama atau guru madrasah diperlakukan sama dengan guru pada umumnya. Jangan ada dikotomi lagi. Guru agama atau madrasah harus sama-sama di bawah tanggung jawab Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), tidak lagi di bawah Departemen Agama (Depag)," kata Ginandjar.

Dalam silaturahmi yang digelar di Pusdiklatri Kota Cirebon itu, Ginandjar menilai masih ada sejumlah UU yang membedakan guru madrasah dengan guru umum lainnya. Antara lain UU Otonomi Daerah Nomor 32/2004, UU tentang APBN, dan juga UU Sisdiknas. "UU yang membeda-bedakan guru madrasah dengan guru umum itu akan diajukan ke MK untuk diuji materi," katanya.

Ginandjar optimistis, uji materiil ke MK itu akan berhasil. Apalagi, selama menjadi ketua DPD, dia sudah berhasil mengegolkan perubahan melalui uji materiil, di antaranya UU Pemilu, bahkan amendemen konstitusi UUD 1945.

"Kita punya catatan keberhasilan. Dulu DPD bersama PGRI bahkan berhasil mengegolkan dana pendidikan 20 persen ke dalam konstitusi," kata Ginandjar didampingi Ketua MPG Jabar H. Ubaidilah, S.Ag.

Disamakan

Selama ini sebenarnya tidak ada perbedaan antara guru madrasah dengan guru umum. Oleh karena itu, sangat wajar bila statusnya disamakan. "Selama ini terkotak-kotak. Guru agama (madrasah) di bawah Depag, guru umum di Depdiknas. Pengotak-kotakan itu bentuk diskriminasi. Sudah saatnya disamakan, supaya guru madrasah juga terangkat kesejahteraannya," katanya.

Guru agama (madrasah) maupun guru umum, tugasnya sama-sama mengajar. "Tidak ada bedanya. Ilmu alam, sosial dan bahasa itu sama pentingnya dengan agama. Karena sama penting dan tugasnya sama, kenapa khusus guru agama di bawah Depag, sedangkan guru umum di bawah Depdiknas. Pembedaan itu merugikan guru agama yang tingkat kesejahteraannya di bawah guru umum," katanya.

Lewat uji materiil atau judicial review, status kedua guru itu akan disamakan. Dengan begitu, guru agama juga wajib memperoleh perlakuan yang sama dengan guru umum.

"Selama ini, yang dapat tunjangan daerah hanya guru umum. Sedangkan guru agama, karena di bawah Depag yang bukan merupakan lembaga otonom, tidak mendapat tunjangan. Bila uji materiil dimenangkan, insya Allah, guru agama berhak pula menikmati 20 persen APBN dan APBD yang dialokasikan untuk dunia pendidikan," katanya. (A-93)***
Sumber: Pikiran Rakyat

PANGLIMA PERANG YANG ARIF


Umar bin Khattab ra. adalah seorang sahabat yang terkenal keberaniannya dan disegani oleh kaum kafir Qurays. Dalam suatu perang tanding, setelah melewati perhelatan yang hebat Umar bin Khattab ra. dapat menjatuhkan lawannya, dan tanpa diduga lawannya yang sudah tidak berdaya tersebut sempat meludahi Umar. Ujung pedang Umar ra. sudah tepat dileher lawan, dan hanya dengan satu gerakan saja leher lawan tersebut bisa putus. Namun apa yang terjadi, Umar ra. malah tidak jadi membunuhnya dan kembali memasukan pedangnya tersebut pada sarangnya. Sahabat yang lain bertanya: “Wahai airul mukminin, kenapa anda tidak jadi membunuhnya padahal anda sudah susah payah menjatuhkannya?”, Umar menjawab:” Aku takut kalau ternyata aku membunuhnya disebabkan kebencian dan dendam karena ia meludahiku, bukan karena kepentingan membela agama Allah SWT”.

Selasa, 11 November 2008

DUKA CITA SEORANG ULAMA

Suatu saat di zaman Bani Israil ada seorang ulama faqih dan ahli ibadah bahkan termasuk mujtahid mempunyai seorang istri yang sangat dicintainya. Pada suatu hari, istri yang sangat dicintainya tersebut meninggal dunia. Ulama tersebut sangat berduka bahkan duka cita yang sedalam-dalamnya sehingga ia memutuskan untuk menyendiri di rumahnya bahkan mengunci pintu rumahnya tersebut hingga ia tidak bisa ditemui oleh siapapun.
Pada suatu hari ada seorang perempuan yang datang ke rumahnya, ia bermaksud untuk meminta fatwa kepada ulama tersebut tentang sebuah persoalan, dan perempuan tersebut ingin menanyakannya secara langsung pada ulama tersebut. Berhari-hari dia menunggu di depan pintu rumah ulama tersebut, sampai pada akhirnya ia diizinkan masuk ke rumah ulama tersebut.
Perempuan itu berkata: “Aku datang untuk meminta fatwa tentang sebuah persoalan”. Ulama tersebut kemudian bertanya: “Apa itu?”, perempuan itu berkata: “ Aku meminjam perhiasan dari seorang tetangga dan aku sudah memakainya lama sekali, lalu tetanggaku tersebut meminta aku untuk mengembalikannya, apakah aku harus mengembalikannya?”. Ulama itu berkata: “ Ya (kamu harus mengembalikannya) demi Allah”. Perempuan tersebut kemudian berkata kembali: “ Tapi aku sudah lama memakainya”, Ulama itu berkata: “ tetanggamu itu lebih berhak walaupun kamu sudah lama memakainya”. Perempuan tersebut kemudian berkata: ”semoga Allah SWT merahmatimu, lalu kenapa engkau berduka atas apa yang telah Allah SWT titipkan kepadamu dan mengambilnya darimu, bukankah Dia lebih berhak atas istrimu daripada dirimu?”. Maka terbukalah pikiran ulama tersebut setelah itu.
Sumber: Al-Muwatha, hadits ke- 559.

Sabtu, 11 Oktober 2008

NEWTON DAN BUKTI ADANYA TUHAN

Setelah Newton menemukan teori gravitasi bumi, dia membuat sebuah maket sistem tata surya dengan menggunakan bola logam. Setelah menekan sebuah tombol power, maka semua bola logam ini bergerak menurut gaya rotasi dan revolusi layaknya pergerakan tata surya yang sesungguhnya. Newton mempunyai seorang sahabat karib yang bernama Halley, yaitu orang yang pertama kali menemukan Komet Halley. Dia adalah seorang atheis (orang yang tidak percaya adanya Tuhan).

Pada suatu ketika, Halley bertamu ke rumah Newton dan melihat maket sistem tata surya tersebut, dia merasa maket sistem tata surya itu sangat lucu, lalu bertanya pada Newton, siapa yang membuat maket ini?, kemudian Newton menjawab, tidak ada orang yang mendesain dan membuatnya, itu hanyalah bermacam-macam material yang secara kebetulan terbentur menjadi satu lalu terbentuk.

Halley tentu saja tidak percaya, dia bilang, walau bagaimanapun pasti ada seseorang yang membuatnya. Lalu Newton menepuk-nepuk bahu Halley sambil berkata: “ Maket ini meskipun sangat indah, namun jika dibandingkan dengan sistem tata surya yang sebenarnya, maka tidak ada apa-apanya. Sekalipun kau percaya bahwa pasti ada orang yang membuatnya, lalu sistem tata surya yang lebih indah selaksa lipat dari maket ini, bukankah seharusnya ada Tuhan yang dengan segenap kemampuan telah menciptakannya? (Sumber: Dajiyuan.net)

Sabtu, 13 September 2008

MENEBUS KEKHUSYUAN SHALAT

Abdullah bin Abu Bakar pernah bercerita bahwa Abu Talhah Al-Anshari pernah melakukan shalat di kebun kurmanya, akan tetapi kekhusuan shalatnya terganggu karena ada burung yang terbang bolak-balik mencari jalan untuk mengambil kurmanya tersebut, sampai-sampai dia lupa bilangan rakaat shalatnya.
Lalu dia shadaqahkan kebun kurmanya tersebut karena ia takut kebunnya tersebut hanya menjadi fitnah baginya, dan dia berharap dengan menshadaqahkan kebun kurmanya tersebut bisa menebus kekhusyuan shalatnya.Sumber: Al-Muwatha, Hadits ke-222.

Rabu, 10 September 2008

UMAR BIN KHATTAB; PEMIMPIN YANG SEDERHANA

Umar bin Khattab r.a. adalah seorang khalifah yang terkenal dengan kegagahannya dan keberaniannya, di samping itu ia pun terkenal dengan kesederhanaannya. Suatu hari anaknya menangis ketika pulang bermain bersama teman-temannya.
Anaknya tersebut kemudian menceritakan bahwa teman-temannya mengejeknya karena baju yang dikenakannya sangat jelek bahkan sudah dipenuhi dengan jahitan karena bolong-bolong, oleh sebab itu ia menangis dan meminta ayahnya (Umar bin Khattab) membelikan baju untuknya.
Karena tidak ada uang, lalu Umar r.a. yang pada saat itu sebagai pemimpin pemerintahan menulis surat untuk bendaharanya dengan maksud meminjam uang dengan jaminan gajinya pada bulan yang akan datang. Bendaharanya tersebut ternyata tidak serta merta meminjamkan uang kas negara kepadanya, namun dia membalasnya dengan surat lagi dengan sebuah pertanyaan: “ Apakah tuan punya jaminan bahwa bulan yang akan datang tuan masih punya umur?”.
Membaca jawaban tersebut Umar r.a. yang gagah berani dan mempunyai kekuasaan tersebut tidak marah bahkan dia menyadari bahwa kekuasaannya tersebut bukan untuk dimanfaatkan diri dan keluarganya, tapi untuk kepentingan rakyatnya. Diapun menyuruh anaknya untuk terus memakai bajunya yang sudah penuh dengan jahitan tersebut.

Minggu, 07 September 2008

TAK PERNAH BERBUAT BAIK TAPI MASUK SURGA
Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa ada seorang laki-laki yang tidak pernah berbuat baik sedikitpun. Suatu saat dia berwasiat kepada keluarganya agar jika nanti ia meninggal, jasadnya langsung dibakar dan abunya ditaburkan di dua tempat, setengahnya di daratan dan setengahnya di lautan. Wasiat tersebut ia lakukan dengan harapan agar ia tidak merasakan pedihnya siksaan Allah SWT, karena ia sadar bahwa dirinya tidak pernah melakukan kebaikan, dan dia tahu bahwa orang yang tidak melakukan kebaikan akan mendapat siksa-Nya. Ketika dia meninggal maka keluarganya melakukan wasiatnya tersebut.
Setelah itu, Allah SWT menyuruh daratan dan lautan mengumpulkan kembali abu-abu tersebut. Allah SWT bertanya: “Kenapa kau lakukan hal ini?”, dia berkata: “ Aku takut kepada-Mu, dan Kamu tahu tentang diriku (yang penuh dengan dosa)”. Lalu Allah SWT mengampuninya karena rasa takut kepada-Nya tersebut, dan diceritakan bahwa orang ini adalah yang terakhir masuk surga.
Sumber: Al-Muwatha, Hadits ke-568.