Sabtu, 13 September 2008

MENEBUS KEKHUSYUAN SHALAT

Abdullah bin Abu Bakar pernah bercerita bahwa Abu Talhah Al-Anshari pernah melakukan shalat di kebun kurmanya, akan tetapi kekhusuan shalatnya terganggu karena ada burung yang terbang bolak-balik mencari jalan untuk mengambil kurmanya tersebut, sampai-sampai dia lupa bilangan rakaat shalatnya.
Lalu dia shadaqahkan kebun kurmanya tersebut karena ia takut kebunnya tersebut hanya menjadi fitnah baginya, dan dia berharap dengan menshadaqahkan kebun kurmanya tersebut bisa menebus kekhusyuan shalatnya.Sumber: Al-Muwatha, Hadits ke-222.

2 komentar:

PHSI Kota Tangerang mengatakan...

Sampai saat ini saya merasakan belum sempurna menjalankan shalat terutama mengenai kekhusyuannya. Seberapa jauh batas-batas khusyu seseorang dalam mengerjakan shalat? Mohon kiranya saudara Ade dapat memberikan penjelasannya.

Zen mengatakan...

Suatu saat ada seorang sahabat yang kakinya sakit parah dan harus diamputasi. Dia menyuruh memotong kakinya ketika dia melakukan shalat, lalu dipotonglah kakinya tersebut ketika dia sedang shalat. Dia tidak merasakan apa-apa dan baru setelah selesai shalat dia sadar bahwa kakinya sudah tinggal satu. Ketika shalat dia hanya merasa bahwa di hadapannya ada yang lagi menilai shalatnya, yaitu Allah SWT.