Abdullah bin Abu Bakar pernah bercerita bahwa Abu Talhah Al-Anshari pernah melakukan shalat di kebun kurmanya, akan tetapi kekhusuan shalatnya terganggu karena ada burung yang terbang bolak-balik mencari jalan untuk mengambil kurmanya tersebut, sampai-sampai dia lupa bilangan rakaat shalatnya.
Lalu dia shadaqahkan kebun kurmanya tersebut karena ia takut kebunnya tersebut hanya menjadi fitnah baginya, dan dia berharap dengan menshadaqahkan kebun kurmanya tersebut bisa menebus kekhusyuan shalatnya.Sumber: Al-Muwatha, Hadits ke-222.
Sabtu, 13 September 2008
Rabu, 10 September 2008
UMAR BIN KHATTAB; PEMIMPIN YANG SEDERHANA
Umar bin Khattab r.a. adalah seorang khalifah yang terkenal dengan kegagahannya dan keberaniannya, di samping itu ia pun terkenal dengan kesederhanaannya. Suatu hari anaknya menangis ketika pulang bermain bersama teman-temannya.
Anaknya tersebut kemudian menceritakan bahwa teman-temannya mengejeknya karena baju yang dikenakannya sangat jelek bahkan sudah dipenuhi dengan jahitan karena bolong-bolong, oleh sebab itu ia menangis dan meminta ayahnya (Umar bin Khattab) membelikan baju untuknya.
Karena tidak ada uang, lalu Umar r.a. yang pada saat itu sebagai pemimpin pemerintahan menulis surat untuk bendaharanya dengan maksud meminjam uang dengan jaminan gajinya pada bulan yang akan datang. Bendaharanya tersebut ternyata tidak serta merta meminjamkan uang kas negara kepadanya, namun dia membalasnya dengan surat lagi dengan sebuah pertanyaan: “ Apakah tuan punya jaminan bahwa bulan yang akan datang tuan masih punya umur?”.
Membaca jawaban tersebut Umar r.a. yang gagah berani dan mempunyai kekuasaan tersebut tidak marah bahkan dia menyadari bahwa kekuasaannya tersebut bukan untuk dimanfaatkan diri dan keluarganya, tapi untuk kepentingan rakyatnya. Diapun menyuruh anaknya untuk terus memakai bajunya yang sudah penuh dengan jahitan tersebut.
Anaknya tersebut kemudian menceritakan bahwa teman-temannya mengejeknya karena baju yang dikenakannya sangat jelek bahkan sudah dipenuhi dengan jahitan karena bolong-bolong, oleh sebab itu ia menangis dan meminta ayahnya (Umar bin Khattab) membelikan baju untuknya.
Karena tidak ada uang, lalu Umar r.a. yang pada saat itu sebagai pemimpin pemerintahan menulis surat untuk bendaharanya dengan maksud meminjam uang dengan jaminan gajinya pada bulan yang akan datang. Bendaharanya tersebut ternyata tidak serta merta meminjamkan uang kas negara kepadanya, namun dia membalasnya dengan surat lagi dengan sebuah pertanyaan: “ Apakah tuan punya jaminan bahwa bulan yang akan datang tuan masih punya umur?”.
Membaca jawaban tersebut Umar r.a. yang gagah berani dan mempunyai kekuasaan tersebut tidak marah bahkan dia menyadari bahwa kekuasaannya tersebut bukan untuk dimanfaatkan diri dan keluarganya, tapi untuk kepentingan rakyatnya. Diapun menyuruh anaknya untuk terus memakai bajunya yang sudah penuh dengan jahitan tersebut.
Minggu, 07 September 2008
TAK PERNAH BERBUAT BAIK TAPI MASUK SURGA
Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa ada seorang laki-laki yang tidak pernah berbuat baik sedikitpun. Suatu saat dia berwasiat kepada keluarganya agar jika nanti ia meninggal, jasadnya langsung dibakar dan abunya ditaburkan di dua tempat, setengahnya di daratan dan setengahnya di lautan. Wasiat tersebut ia lakukan dengan harapan agar ia tidak merasakan pedihnya siksaan Allah SWT, karena ia sadar bahwa dirinya tidak pernah melakukan kebaikan, dan dia tahu bahwa orang yang tidak melakukan kebaikan akan mendapat siksa-Nya. Ketika dia meninggal maka keluarganya melakukan wasiatnya tersebut.
Setelah itu, Allah SWT menyuruh daratan dan lautan mengumpulkan kembali abu-abu tersebut. Allah SWT bertanya: “Kenapa kau lakukan hal ini?”, dia berkata: “ Aku takut kepada-Mu, dan Kamu tahu tentang diriku (yang penuh dengan dosa)”. Lalu Allah SWT mengampuninya karena rasa takut kepada-Nya tersebut, dan diceritakan bahwa orang ini adalah yang terakhir masuk surga.
Sumber: Al-Muwatha, Hadits ke-568.
Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa ada seorang laki-laki yang tidak pernah berbuat baik sedikitpun. Suatu saat dia berwasiat kepada keluarganya agar jika nanti ia meninggal, jasadnya langsung dibakar dan abunya ditaburkan di dua tempat, setengahnya di daratan dan setengahnya di lautan. Wasiat tersebut ia lakukan dengan harapan agar ia tidak merasakan pedihnya siksaan Allah SWT, karena ia sadar bahwa dirinya tidak pernah melakukan kebaikan, dan dia tahu bahwa orang yang tidak melakukan kebaikan akan mendapat siksa-Nya. Ketika dia meninggal maka keluarganya melakukan wasiatnya tersebut.
Setelah itu, Allah SWT menyuruh daratan dan lautan mengumpulkan kembali abu-abu tersebut. Allah SWT bertanya: “Kenapa kau lakukan hal ini?”, dia berkata: “ Aku takut kepada-Mu, dan Kamu tahu tentang diriku (yang penuh dengan dosa)”. Lalu Allah SWT mengampuninya karena rasa takut kepada-Nya tersebut, dan diceritakan bahwa orang ini adalah yang terakhir masuk surga.
Sumber: Al-Muwatha, Hadits ke-568.
Langganan:
Postingan (Atom)